ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI
BARU LAHIR
“Memberikan
Asuhan Kala I”
Dosen Pengampu:
Linda Rofiasari, S.ST
Disusun oleh :
Esmelia Malau (14241003)
Resa Sintya (14241011)
PROGRAM STUDI DIPLOMA
III KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN DEWI
SARTIKA BANDUNG
2015
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
kurnia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentang “Memberikan
Asuhan Kala I”, makalah ini dibuat selain untuk menambah wawasan, juga untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir”.
Dalam
penyusunan makalah ini, banyak pihak-pihak yang turut membantu kami. Untuk itu,
kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Yth Hj.
Fudji Astuti, S.ST selaku Direktur di Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
2. Yth
Linda Rofiasari, S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir di Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
3. Ibu dan
Ayah tercinta serta teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan
motivasi dalam menyusun makalah ini.
Dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu untuk mencapai kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dimasa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi
pembaca. Terimakasih.
Bandung,
Oktober 2015
Penyusun,
Halaman
Persalinan merupakan peristiwa keluarnya
janin, plasenta dan membrane dari uterus melalui jalan lahir yang berawal dari
pembukaan dan dilatasi servik sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi,
durasi dan kekuatan teratur yang awalnya sedikit hingga mencapai servik berdilatasi
lengkap (10 cm). Selama persalinan akan terjadi banyak perubahan baik secara
fisiologis maupun psikologis. Dengan mengetahui perubahan-perubahan tersebut
tersebut, maka bidan dapat menentukan apakah kondisi yang dialami pasien
merupakan kondisi fisiologis.1
Kala I dimulai sejak adanya his yang
menyebabkan pembukaan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Saat inilah bidan harus
mengetahui perubahan yang terjadi selama kala I, memberikan dukungan selama
persalinan, pengurangan rasa sakit, persiapan melahirkan, memenuhi kebutuhan
fisik dan psikologis, pengetahuan tentang tanda bahaya kala I. Asuhan kala I
sangat besar pengaruhnya terhadap sikap dan kesiapan ibu dan keluarganya. Oleh
karena itu hendaknya petugas kesehatan dapat selalu memberikan asuhan yang
tepat dan komprehensif.2
MISFLAP (Maternal, Intake, Support, Fetal, Labor, Aktivitas, Pain/Psikis/Pemberi
Pelayanan) adalah suatu pendekatan untuk merawat ibu dalam persalinan sebagai
titik pusat konteks, sehingga perubahan paradigm dari apa yang dipertimbangkan normal
menjadi apa yang normal untuk ibu ini pada waktu ia mengalami kehamilan dan
kelahiran. Dengan menggunakan MISFLAP mengingatkan bidan untuk memperhatikan
seluruh gambaran ibu, janin dan persalinan juga data yang diperlukan untuk
pertolongan kelahiran yang tepat.3
Salah satu standar Asuhan Persalinan
Normal adalah penggunaan partograf. Partograf sebagai alat untuk membuat
keputusan klinik, sebagai alat untuk memantau kemajuan proses persalinan serta
sangat efektif untuk memantau terjadinya komplikasi dini persalinan yang
menyebabkan kematian pada janin dan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan pendokumentasian partograf dalam memonitor persalinan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja yaitu purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara mendalam. Analisis dalam penelitian ini
menggunakan grounded teory (analisis
tematik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendokumentasian
lembar partograf dalam memonitor persalinan.4
Berdasarkan latar belakang di atas, ada
beberapa rumusan masalah seperti di bawah ini:
1) Bagaimana
konsep persalinan kala I dan penatalaksanaan dalam memberikan manajemen kala I?
2) Bagaimana
konsep cara untuk membuat diagnosa yang tepat pada asuhan persalinan kala I ?
3) Bagaimana
konsep menilai kamajuan asuhan dan persalinan pada asuhan persalinan kala I?
4) Bagaimana
cara membuat rencana asuhan persalinan yang benar pada suhan kala I?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah di atas, ada beberapa tujuan penulisan seperti di bawah ini:
1) Untuk
mengetahui bagaimana konsep persalinan kala I dan penatalaksanaan dalam
memberikan manajemen kala I
2) Untuk
mengetahui bagaimana konsep membuat diagnosa yang tepat pada asuhan persalinan
kala I
3) Untuk
mengetahui bagaimana konsep menilai kemajuan asuhan persalinan pada kala I
4) Untuk
memenuhi tugas mata kuliah asuhan persalinan dan bayi baru lahir.
Berdasarkan temuan-temuan dalam riwayat
kesehatan, bidan akan dapat mengambil keputusan apakah ibu dalam persalinan
kala I atau bukan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar Nomenklatur atau tata nama
diagnosa kebidanan. Di bawah ini contoh membuat diagnosa kebidanan:1
1) Ibu
G2 P1 A0 usia kehamilan 18 minggu teraba ballotemen dengan kondisi ibu baik.
2) G2
P1 A0 usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan kondisi ibu
baik, janin tunggal hidup intrauterin preskep dengan kondisi janin baik.
Menilai kemajuan persalinan dapat dilakukan
dengan melakukan cara-cara di bawah ini:1
1) Angka
0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi servik. Angka
1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin.
2) Masing-masing
angka mempunyai lajur dan kotak sendiri.
3) Kotak
yang satu dengan kotak yang lain menunjukkan penambahan dilatasi servik sebesar
1 cm. Setiap kotak menyatakan waktu 30 menit.
4) Pembukaan
servik
(1) Dinilai
setiap 4 jam sekali. Pencatatan pada partograf di mulai sejak pembukaan 4 cm
(fase aktif)
(2) Hasil
pemeriksaan ditulis dengan tanda X, ditulis pada garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan servik (pada garis waspada)
(3) Hubungkan
tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
5) Penurunan
bagian terbawah atau presentasi janin
(1) Diperiksa
setiap kali periksa dalam setiap 4 jam
(2) Berikan
tanda O pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa
dipalpasi 4/5, maka tuliskan tanda O di nomor 4. Kemudian hubungkan tanda dari
setiap kali pemeriksaan dengan garis yang tidak terputus.
6) Garis
waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 cm
dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai
digaris waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(pembukaan kurang dari 1 cm perjam), maka harus di pertimbangkan adanya
penyulit. Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan
misalnya persiapan rujukan.
7) Waktu
mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan servik dan
penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. Dari kotak-kotak
tersebut dapat di baca lama persalinan.
8) Waktu
actual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase
aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada
lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam
fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks digaris waspada, kemudian
catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
9) Kontraksi
uterus
Di
bawah lajur waktu partograf terdapat 5 lajur kotak dengan tulisan “kontraksi
per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotaknya menyatakan
satu kontraksi. Setiap 30 detik, raba, catat jumlah kontraksi dalam 10 menit
dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Kontraksi dinilai setiap 30 menit
sekali dan hitung jumlah kontraksi dalam 10 menit dan nilai lamanya satu kali
kontraksi dalam satuan detik.
Asesmen dan intervensi berikut yang
perlu dimasukkan dalam rencana asuhan adalah sebagai berikut:2
1) Pemantauan
terus menerus untuk kemajuan persalinan menggunakan partograf
2) Pemantauan
terus menerus tanda-tanda vital ibu
3) Pemantauan
terus menerus keadaan bayi
4) Memenuhi
kebutuhan hidrasi ibu
5) Menganjurkan
perubahan posisi ambulansi
6) Menganjurkan
tindakan yang memberikan rasa nyaman
7) Menganjurkan
keluarga agar memberikan dukungan
Persalinan merupakan saat yang
menegangkan dan dapat mengubah emosi ibu atau bahkan dapat menimbulkan penyulit
bagi ibu maupun janinnya, maka upaya untuk mengatasi hal tersebut digunakan
partograf sebagai pemantau kemajuan persalinan.1
1) Pengertian
partograf
Ada beberapa pengertian partograf antara lain:1, 5
(1) Partograf
adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin,
menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan
bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum
persalinan menjadi macet.
(2) Partograf
dianggap sebagai sistem peringatan awal yang akan membantu pengambilan
keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk, dipercepat persalinannya
atau diakhiri persalinannya dan membantu menemukan adanya masalah janin atau
masalah ibu.
(3) Partograf
merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan
pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat
keputusan klinis selama kala I persalinan.
(4) Partograf
adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik.
(5) Partograf
merupakan alat mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan
fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan
klinis selama persalinan. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
fase aktif persalinan.
2) Tujuan
penggunaan partograf
Adapun tujuan dari penggunaan partograf adalah:1
(1) Mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
(2) Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat
melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
(3) Data
pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
di mana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu
bersalin dan bayi baru lahir.
3) Manfaat
penggunaan partograf
Adapun manfaat dari penggunaan partograf adalah:1
(1) Mencatat
kemajuan persalinan
(2) Mencatat
kondisi ibu dan janinnya
(3) Mencatat
asuhan yang di berikan selama persalinan dan kelahiran
(4) Menggunakan
informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit
(5) Menggunakan
informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
4) Indikasi
penggunaan partograf
Partograf harus digunakan pada:1
(1) Untuk
semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit.
Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan normal ataupun yang disertai dengan
penyulit.
(2) Selama
persalinan dan kelahiran di semua tempat
(3) Secara
rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran.
(4) Penggunaan
partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan
yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang
dapat mengancam jiwa mereka.
5) Kasus
yang dapat di deteksi
Kasus-kasus yang dapat di deteksi dengan penggunaan
partograf antara lain:1
(1) Persalinan
palsu atau belum in partu (false labor)
(2) Fase
laten memanjang
(3) Fase
aktif memanjang
(4) Disproporsi
sefalopelvik
(5) Partus
macet
(6) His
tidak adekuat
(7) Kala
II memanjang
6) Kerugian
penggunaan partograf
Kerugian penggunaan partograf kemungkinan terlalu
cepat melakukan rujukan, yang sebenarnya dapat diselesaikan di puskesmas.
Partograf diharapkan dapat menyelesaikan pertolongan persalinan pada garis
waspada dengan jalan:
(1) Rujukan
semakin baik sehingga tidak merugikan penderita.
(2) Pertolongan
medis dapat dilakukan dengan lebih sempurna sehingga angka kesakitan dan
kematian dapat diturunkan.
(3) Mendapatkan
tindakan medis sesuai dengan keadaan dan di tangan yang tepat.
(4) Secara
nasional partograf diharapkan membantu menurunkan angka kematian maternal dan
perinatal sebagai cermin kemampuan memberikan pelayanan dan pengayoman medis
yang menyeluruh dan lebih bermutu.
7) Kontraindikasi
penggunaan partograf
Kontraindikasi partograf yaitu rujuk ibu, apabila
didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:1
(1) Riwayat
bedah sesar
(2) Perdarahan
pervaginam
(3) Persalinan
kurang bulan (uk kurang 37 minggu)
(4) Ketuban
pecah dengan mekonium yang kental
(5) Ketuban
pecah lama (lebih dari 24 jam)
(6) Ketuban
pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu)
(7) Ikterus
(8) Anemia
berat
(9) Tanda
atau gejala infeksi
(10) Preeklampsia
atau hipertensi dalam kehamilan
(11) Tinggi
fundus 40 cm atau lebih
(12) Gawat
janin
(13) Primipara
dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala masih 5/5
(14) Presentasi
bukan belakang kepala
(15) Presentasi
majemuk atau ganda
(16) Kehamilan
gemeli
(17) Tali
pusat menumbung
(18) Syok
(19) Fase
laten berkepanjangan
(20) Partus
lama
8) Pencatatan
dalam partograf
Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil
pemeriksaan yang dilakukan selama kala I persalinan. Partograf terdiri dari 2
halaman depan yang digunakan untuk mencatat informasi penting mengenai
persalinan.1
(1) Bagian
depan partograf
a) Informasi
tentang ibu
(a) Nama,
umur
(b) Gravid,
para, abortus keguguran
(c) Nomor
catatan medis atau nomor puskesmas
(d) Tanggal
dan waktu mulai di rawat atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu
b) Kondisi
janin
Untuk mengurangi kecemasan wanita, bidan
harus mengetahui faktor psikososial yang terkait dengan persalinan. Dengan
memberi kondisi dan lingkungan yang tepat, baik berupa fisik maupun emosional,
kaum wanita dapat mengadopsi mekanisme koping yang dapat menurunkan kecemasan.1
1) Dampak
emosional dalam persalinan
Proses persalinan dapat berdampak jangka panjang
bagi wanita, efek dapat beersifat positif dan negatif, tergantung dari kepuasan
mereka terhadap pelayanan saat persalinan. Pengalaman persalinan dan kepuasan
terhadap pelayanan saat persalinan dapat meningkatkan harga diri atau
kepercayaan diri dan memori positif. Dukungan suami dan anggota keluarga yang
lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan suami
untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah-langkah yang mungkin
akan sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh
teman atau saudara yang khusus.
Setiap ayah perlu berperan aktif dalam sebuah
peristiwa penting seperti kelahiran anak. Suami yang baik adalah yang memenuhi
kebutuhan istrinya, membantu perawatannya dan terlibat secara dekat dengan
segala sesuatu yang terjadi padanya. Dalam kala I, petugas bekerjasama dengan
anggota keluarga untuk:1
(1) Mengucapkan
kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu
(2) Membantu
ibu bernapas pada saat kontraksi
(3) Memijat
punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya
(4) Menyeka
muka ibu dengan lembut, menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin
(5) Menciptakan
suasana kekeluargaan dan rasa aman
(6) Dalam
masyarakat modern ada kecenderungan melibatkan ayah, dalam proses melahirkan.
a) Dalam
tahap pertama persalinan, suami tetap bersama istri sehingga lingkungan yang
tidak dikenal dari rumah sakit terasa berkurang, dapat membantu melakukan
masase untuk mengurangi rasa nyeri. Didampingi oleh orang yang dikenal, di
cintai dan dapat berbagi perasaan. Calon ibu sebaiknya tidak di tinggalkan
sendiri dalam persalinan.
b) Dalam
tahap kedua persalinan, ayah duduk di samping kepala atau di belakang ibu pada
pegangan tempat tidur dan berdiri di sebelahnya untuk member dorongan dan
terlibat bersama. Mereka menyaksikan kelahiran bayi dan secara emosional
terikat semakin kuat.
Dukungan
yang membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat dan emosional, antara
lain:1
(1) Menggosok
punggung wanita
(2) Memegang
tangannya
(3) Mempertahankan
kontak mata
(4) Ditemani
oleh orang-orang yang ramah
(5) Yakinkah
bahwa wanita berada dalam proses persalinan tidak akan ditinggal sendirian.
Intervensi yang diberikan saat
persalinan dapat membawa efek jangka panjang, seperti persalinan dengan bantuan
alat, juga dapat meningkatkan kejadian depresi pasca natal, mengurangi
kepercayaan diri wanita dalam kemampuannya menjalani peran sebagai seorang ibu
atau mengganggu proses kelekatan yang di alami. Banyak bukti penelitian yang
mengatakan bahwa peristiwa seputar persalinan dapat membuat wanita merasa tidak
dapat mengendalikan tubuhnya. Ini mengakibatkan pengalaman yang sangat membuat
stress sehingga dapat menyebabkan masalah psikologis seperti gangguan stress
pascatrauma.
2) Lingkungan
persalinan
Lingkungan tempat ibu bersalin dapat mempengaruhi
proses persalinan, baik intervensi dalam persalinan maupun terhadap psikososial
ibu bersalin. Penting bagi bidan untuk menciptakan lingkungan persalinan yang
nyaman dan aman bagi ibu. Ada sebagian wanita yang lebih suka melahirkan di
rumah sendiri karena merupakan lingkungan yang sudah di kenal, ia dapat mempertahankan
privasi dan dikelilingi oleh orang-orang yang diinginkannya, yang akan memberi
dukungan dan ketenangan pada dirinya. Namun, sebagian wanita lebih tenang
melahirkan di lingkungan yang memiliki teknologi dan tersedia pelayanan dari
para ahli. Keseimbangan dapat di sediakan dengan membuat unit maternitas
menjadi tidak bersifat institusional dengan sistem pemberian asuhan yang
memungkinkan ibu dan keluarganya mendapatkan jenis dan standar asuhan yang
memenuhi kebutuhan fisik, emosional, sosial dan psikologis mereka.
3) Dukungan
dari pemberi asuhan
Dukungan
diri pemberi asuhan dalam persalinan harus bersifat fisik dan emosional.
Dukungan tersebut juga meliputi beberapa aspek perawatan seperti menggosok
punggung wanita, mempertahankan kontak mata, ditemani oleh orang-orang yang
ramah dan diberi janji bahwa ibu bersalin tidak akan ditinggal sendirian.
Kemampuan memberikan dukungan emosional untuk wanita dalam persalinan merupakan
sesuatu yang dikembangkan bidan. Dukungan emosional ini mencakup keterampilan
komunikasi dan konseling.
Pada daerah adneksa, uterus dan ligament
serviks terdapat NOCI-CEPTOR yang merupakan Reseptor Nyeri. Nociceptor ini
sangat bereaksi dengan adanya rangsangan mekanik, thermal (panas) dan chemical
(kimia). Pada saat persalinan kala I, terjadi dilatasi serviks dan peregangan
Segment Bawah Rahim, inilah yang menjadi stimulus mekanik bagi reseptor nyeri,
selain itu secara chemical terjadi pula stimulus dengan peningkatan hormone prostaglandin
dan endorphin. Sedangkan pada kala II, serviks sudah berdilatasi maksimal,
tetapi SBR tetap meregang selain itu saat kepala turun terjadi distensi pada
vagina dan perineum yang menyebabkan rasa nyeri. Faktor lain yang mempengaruhi
rasa nyeri adalah umur, paritas, malpresentasi, bayi besar dan adanya riwayat
dismenore. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan bidan dalam mengurangi
rasa nyeri saat persalinan, tindakan di bawah ini adalah tindakan yang tanpa
penggunaan obat.
1) Teknik
relaksasi
Teknik relaksasi yang dapat digunakan adalah dengan
teknik pengaturan napas dan istirahat total saat his berhenti. Teknik relaksasi
ini akan semakin baik bila didukung lingkungan yang kondusif saat persalinan,
lingkungan yang tenang, diiringi oleh alunan musik lembut dan suhu yang nyaman.
2) Imagery
atau Visualisasi
Teknik ini dengan mengajarkan ibu untuk memejamkan
mata sambil membayangkan suatu tempat yang dia merasa nyaman untuk beristirahat
dan membimbing ibu berkonsentrasi terhadap imaginasinya. Prinsip teknik ini
sama dengan teknik relaksasi yaitu mengurangi tegangan pada otot, denyut
jantung dan frekuensi pernapasan.
3) Pengaturan
posisi
Persilahkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman baginya
kecuali posisi telentang
4) Akupuntur
atau akupressure
Tindakan ini memerlukan bantuan ahli akupuntur.
Akupuntur ini dilakukan dengan menusukkan jarum dan mengajarkan ibu untuk
menggunakan dan menstimulasi jarum-jarum tersebut. Dengan akupuntur ini terjadi
penutupan pintu gerbang jalur impuls nyeri.
5) Masase
Yang disebut sebagai masase adalah tindakan
penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya pada otot tendon atau
ligament, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna
menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi dan meningkatkan relaksasi.
Tindakan masase ini akan menutup pintu gerbang jalur
nyeri. Dengan masase juga akan menimbulkan efek psikososial yang baik untuk ibu
bersalin. Dianjurkan agar masase selama persalinan harus bersifat terus
menerus. Hal tersebut harus dilakukan karena terdapat kecenderungan rasa nyeri
akan meningkat jika pemijatan dihentikan, hal ini di sebabkan sistem saraf yang
sudah terbiasa terhadap stimulus tersebut dan organ indera terbiasa merespon
nyeri tersebut.
6) Penggunaan
aplikasi panas dan dingin
Prinsip penggunaan aplikasi kompres panas ini adalah
meningkatkan aliran darah sehingga mengurangi spasme otot karena ischemia.
Sedangkan kompres dingin menggunakan prinsip berkurangnya sensitivitas kulit
dan otot superfisial dengan dingin yang berlebihan. Pemberian kompres air
hangat merupakan salah satu metode pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan
mengurangi rasa sakit ibu bersalin. Ini dapat dilakukan dengan cara menempelkan
kantung berisi air hangat ke bagian pinggang pasien kiri ataupun kanan.1, 6
7) Hidroterapi
Sejak dulu air sering digunakan untuk berbagai
pengobatan tetapi untuk mengurangi nyeri persalinan masih merupakan hal yang
baru. Penggunaan air sebagai pengurang rasa nyeri karena mengambil dari efek
“hidrotermik” dan “hidrokinetik”. Hidrotermik artinya air menjadi konduktor
panas sehingga meredakan spameoto dan kemudian meredakan rasa nyeri.
Hidrokinetik artinya menghilangkan efek gravitasi dan ketidaknyamanan yang
menyertai seperti penekanan panggul. Kedua efek ini memfasilitasi relaksasi
sehingga menurunkan ansietas dan kelelahan.
8) Stimulasi
Saraf Elektik Transkutanse (TENS)
TENS
baru dikembangkan dan masih jarang digunakan. Pada penggunaan TENS ini
memungkinkan ibu untuk mengendalikan baik dari segi pemakaian maupun dari segi
psikologis. Ibu atau kemungkinan besar pasangannya melakukan pemasangan
elektrode pada era lumbal setelah di ajarkan selama masa kehamilan. Generator
penguat denyut yang dapat di pegang oleh tangan ibu memberikan impuls
bertubi-tubi yang berada di bawah ambang nyeri. Impuls listrik ini secara
fisiologis akan memanfaatkan mekanisme pengendalian neurobiologist (nyeri) ibu
itu sendiri.
Ada beberapa rencana asuhan yang dapat
diberikan oleh bidan dalam persalinan kala I seperti berikut ini:1
1) Membuat
rencana persalinan
(1) Tempat
persalinan
Pemilihan tempat
persalinan ditentukan oleh nilai risiko kehamilan dan jenis persalinan yang
direncanakan. Persalinan risiko rendah dapat dilakukan di Puskesmas, Polindes
atau Rumah Bersalin. Sedangkan persalinan risiko tinggi harus dilakukan di
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kamar operasi, tranfusi darah dan perawatan
bayi risiko tinggi.
Apabila ibu dianggap
persalinannya berisiko maka hendaknya persalinan dilakukan di Rumah Sakit atau
Rumah sakit Ibu dan Anak, lengkap dengan tenaga terlatih dan peralatan yang
memadai. Akibat sarana transportasi serta tenaga kesehatan yang masih terbatas,
dibeberapa daerah kebanyakan persalinan masih ditolong oleh dukun bersalin dan
berlangsung di rumah. Kondisi tersebut merupakan kendala tersendiri yang masih
sulit di atasi sampai saat ini.
Di luar negeri (missal
di Amerika dan Belanda) persalinan dapat dilakukan di rumah karena memiliki
kelebihan dibandingkan persalinan di Rumah Sakit. Suasana rumah membuat ibu
lebih nyaman sehingga proses persalinan lebih lancar dan peran serta suami
tampak nyata dirasakan. Walaupun demikian, persalinan di rumah memerlukan
dukungan infrastruktur yang baik serta kesiapan tenaga penolong untuk
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi pada saat persalinan maupun pasca
persalinan.
(2) Memilih
tenaga kesehatan terlatih
Tenaga kesehatan yang
diperbolehkan menolong persalinan adalah dokter umum, bidan serta dokter
kebidanan dan kandungan. Di Negara kita masih banyak persalinan yang ditolong
oleh dukun bersalin, baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih. Hal ini
masih jadi kendala dan merupakan salah satu sebab tingginya angka kematian
bayi. Pemilihan tenaga penolong persalinan ditentukan oleh pasien, nilai risiko
kehamilan dan jenis persalinan yang akan direncanakan bagi masing-masing
pasien.
Pemilihan pasien
berdasarkan risiko dimaksudkan agar penanganan kasus lebih terarah dan
ditangani oleh tenaga yang kompeten. Pada saat persalinan, penanganan kasus
dilakukan lebih cermat lagi dengan memperhatikan karakteristik kasus. Sebaiknya
semua kasus dianggap memiliki risiko tinggi karena tidak ada satu cara pun yang
dapat meramalkan bahwa persalinan tersebut pasti berjalan normal sehingga
setiap penolong persalinan akan selalu berhati-hati dan mempersiapkan segala
sesuatunya untuk mengatasi penyulit yang mungkin terjadi. Selain itu faktor
ekonomi, agama, sosial dan budaya kadang-kadang juga mempengaruhi pemilihan
tenaga penolong persalinan.
(3) Cara
menghubungi tenaga kesehatan
Diskusikan sebelumnya,
apabila terdapat tanda-tanda persalinan bagaimana klien menghubungi bidan
tersebut. Apakah melalui telepon atau langsung datang ke tempat bidan?
(4) Transportasi
ke tempat persalinan
Seberapa jauh jarak
dari rumah ke rumah sakit, klinik, puskesmas atau tempat pengobatan terdekat
dan transportasi apa yang mungkin tersedia. Apa transportasi alternatif bisa
transportasi yang utama tidak ada?
(5) Pendamping
persalinan
Diskusikan bersama
klien, siapa yang akan menemani atau mendampingi ibu pada saat persalinan?
Apabila orang tersebut tidak ada, siapa yang akan menggantikannya?
(6) Biaya
dan cara mengumpulkan biaya
Diskusikan pula tentang
berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya
tersebut. Ketersediaan dana termasuk dalam persiapan kelahiran dan persiapan
menghadapi keadaan darurat saat persalinan. Di Bangladesh di setiap bank di
desa-desa ada paket khsusus yang menyediakan pinjaman lunak untuk ibu yang
menghadapi persalinan dengan tenang karena uang tak lagi menjadi kendala.
(7) Siapa
yang akan menjaga keluarga jika ibu tidak ada
Apabila ibu sudah
mempunyai anak atau di rumahnya ada banyak orang. Diskusikan juga mengenai
siapa yang akan menjaga keluarganya selama ibu bersalin.
2) Pengambilan
keputusan
Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika
terjadi kegawatdaruratan pada saat pengambil keputusan utama tidak ada.
3) Persiapan
kegawatdaruratan
Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi
kegawatdaruratan. Banyak ibu yang meninggal karena mengalami komplikasi serius
selama kehamilan, persalinan atau pasca persalinan dan tidak mempunyai
jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke tingkat asuhan kesehatan
yang dapat membawa mereka ke tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan
asuhan yang kompeten untuk menangani masalah mereka. Setiap keluarga seharusnya
mempunyai suatu rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi dan
perlu segera dirujuk ke tingkat asuhan yang lebih tinggi.
4) Membuat
rencana atau pola menabung
Keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang
untuk persediaan dana guna asuhan selama kehamilan dan jika terjadi
kegawatdaruratan. Ibu atau keluarga hendaknya memiliki tabungan pribadi dan
dapat mengaksesnya bila diperlukan. Juga kemungkinan mengakses sarana dan dana
cadangan bersama milik masyarakat yang dapat dipakai untuk keperluan gawat
darurat.
5) Mempersiapkan
peralatan yang diperlukan
Ibu dan keluarga dapat mengumpulkan barang-barang
seperti pembalut wanita, sabun, baju ibu, baju bayi dan lain-lain.
Untuk dapatmemberikan kepuasan terhadap
pelayanan bidan dan pengalaman melahirkan yang menyenangkan, maka bidan harus
dapat memenuhi kebutuhan ibu baik maupun psikologis.1
1) Pemenuhan
kebutuhan fisik
Pemenuhan kebutuhan fisik selama persalinan kala I
meliputi pemenuhan nutrisi dan keseimbangan, kebersihan dan kenyamanan, posisi,
kontak fisik dan pijatan, seperti di bawah ini:1
(1) Nutrisi
dan keseimbangan cairan
Mengizinkan ibu
bersalin untuk makan dan minum selama persalinan telah menjadi aspek
controversial selama bertahun-tahun di berbagai bagian dunia. Studi mutakhir
tentang gizi selama persalinan menunjukkan bahwa bagi ibu bersalin yang
kemungkinannya kecil untuk menjalani anastesi umum, tidak ada alas an untuk
melarang makan dan minum bila ia mau. Bidan harus ingat bahwa persalinan
membutuhkan energi yang cukup besar. Ibu bersalin yang tidak makan untuk
beberapa waktu, atau yang kurang gizi, proses persalinan dapat menyebabkan
kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang menyebabkan gawat janin. Oleh
karena itu melarang makan dan minum dapat menyebabkan bahaya dan dapat
menimbulkan masalah baik bagi ibu maupun bayinya.
Efek mengurangi atau
mencegah makan dan minum sering mengakibatkan perlunya pemberian glukosa
intravena, yang telah terbukti dapat berakibat negatif terhadap janin dan
selanjutnya bayi baru lahir. Efek tersebut disebabkan oleh peningkatan insulin
sebagai respon dari peningkatan kadar glukosa dan bisa mengakibatkan hipoglikemi
pada janin atau lebih sering terjadi hipoglikemi pada neonatal. Dari penjelasan
di atas dapat dikatakan secara ringkas penelitian menunjukkan bahwa ibu
bersalin boleh makan makanan yang mudah dicerna dan rendah lemak selama
persalinan dan diperbolehkan minum.
(2) Kebersihan
dan kenyamanan
Ibu bersalin biasanya
merasa panas dan banyak berkeringat, dapat di atasi dengan cara menggunakan
kipas angin, AC atau kipas biasa dan menganjurkan ibu untuk mandi jika ia bisa.
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat banyak,
karena itu akan sangat mendambakan kesempatan untuk mandi atau bersiram. Jika
si ibu bisa berdiri ia akan senang bila bisa digosok tubuhnya dengan spons,
khususnya bagian muka dan lehernya dengan air dingin. Sebuah gaun yang bersih
dan adem akan sangat disukai dan sebuah kipas angin akan sangat menyejukkan.
Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan menggosok gigi. Ia mungkin pula ingin
mengulum-ngulum es. Ibu bersalin hendaknya dianjurkan untuk BAK sendiri minimal
2 jam sekali, hal ini selain untuk tidak menambah rasa nyeri pada perut bagian
bawah, juga akan membantu penurunan kepala karena tidak ada hambatan dari
kandung kencing.
(3) Posisi
Persalinan dan
kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tak mau
harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat
mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu
dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam
pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan alternative-alternatif
hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri
atau bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai
pendukung ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung
dukungan ibu tersebut.
Ibu bersalin harus
diberikan kebebasan dalam melakukan gerakan dan memilih posisi yang nyaman bagi
ibu. Dulu ibu bersalin dibatasi hanya berbaring terlentang, tetapi setelah
dilakukan penelitian terbukti bahwa posisi terlentang akan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah dari ibu ke janin. Pada saat persalinan sebenarnya
telah terjadi pengurangan aliran darah plasenta akibat aktifitas otot rahim
saat kontraksi. Bila ditambah dengan posisi terlentang akan mengalami rasa
nyeri lebih hebat. Selain itu telah terbukti bahwa ibu yang lebih banyak
bergerak dan dibiarkan memilih posisi yang diinginkan mengalami proses
persalinan lebih singkat dan kurang merasakan nyeri.
(4) Kontak
fisik
Si ibu mungkin tidak
ingin bercakap-cakap tetapi ia mungkin akan merasa nyaman dengan kontak fisik.
Partnernya hendaknya didorong untuk mau berpegangan tangan dengannya, menggosok
punggungnya, menyeka wajahnya dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya.
Sebagian pasangan suami istri mungkin ingin mempraktekkan di mana partnernya
mengelus-elus perut dan paha wanita atau teknik-teknik lain yang serupa. Mereka
yang menginginkan kelahiran yang aktif bisa mencoba stimulasi putting dan
klitoris untuk mendorong pelepasan oksitosin dari kelenjar pituitary dan dengan
demikian merangsang kontraksi uterus secara alamiah. Hal ini juga akan
merangsang produksi endogenous opiates, yang memberikan sedikit analgesia
alamiah.
(5) Pijatan
Wanita yang menderita
sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin akan merasakan pijatan
sangat meringankan. Sebagian wanita mungkin akan merasakan pijatan pada
abdominal menyenangkan, elusan ringan di atas seluruh perut emang bisa terasa
enak, dengan menggunakan kedua tangan dan melakukan ujung jari menyentuh daerah
sympisis pubis, melintas di atas fundus uterus dan kemudian turun ke kedua sisi
perut.
2) Pemenuhan
kebutuhan psikologis
Pemenuhan kebutuhan psikologis selama persalinan
kala I meliputi pemenuhan informasi, mengurangi kecemasan, keikutsertaan dalam
perencanaan, berkenalan dengan para staf, menghadirkan pendamping persalinan.
(1) Memberikan
informasi
Idealnya setiap wanita
yang hamil haruslah memperoleh kesempatan untuk membentuk hubungan dengan
seorang bidan tertentu agar supaya advis bisa diberikan secara konsisten dan
wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas meminta informasi. Dengan
cara demikian setiap wanita akan bisa mendapatkan informasi sebanyak yang
diinginkannya.
(2) Mengurangi
kecemasan
Meskipun setiap wanita
mungkin akan merasa sedikit takut tentang beberapa aspek dari kehamilan dan
persalinan, banyak di antaranya merasa bahwa hal tersebut tidaklah berdasar.
(3) Keikutsertaan
dalam perencanaan
Pasangan-pasangan yang
bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan mereka dengan cara ini akan merasa
bahwa hal tersebut akan dianggap penting bagi para pemberi asuhan dan akan
merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh pengalaman memasuki rumah sakit.
(4) Berkenalan
dengan para staf
Berkenalan dengan staf
ruang bangsal persalinan serta melihat-lihat lingkungannya akan sangat berguna
bagi sebagian besar wanita. Jika penggunaan perlengkapan dijelaskan tentu akan
terasa tidak seperti rumah sakit dan akan kurang menakutkan.
(5) Menghadirkan
pendamping persalinan
Bidan harus memberikan
kesempatan pada ibu bersalin untuk didampingi orang terdekatnya, bisa suami
atau ibunya. Banyak penelitian yang mendukung kehadiran prang kedua saat
persalinan berlangsung dan telah terbukti bahwa hal tersebut sangat bermanfaat
bagi ibu bersalin.
Berikut ini adalah
bukti manfaat pendamping persalinan berdasarkan penelitian:
a) Memberikan
kenyamanan pada saat bersalin (hodnet 1944)
b) Menimbulkan
efek positif terhadap hasil persalinan dalam arti dapat menurunkan morbiditas,
mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat dan menurunkan persalinan
dengan operasi termasuk SC (hodnet 1997)
c) Memberikan
rasa nyaman, aman, semangat, dukungan emosional dan dapat membesarkan hati ibu
(MIDIRS 1997)
d) Kehadiran
perempuan berpengalaman yang secara terus menerus selama persalinan. Namun
tidak memberikan pelayanan, hanya memberikan dukungan emosional terbukti
menunjukkan proses persalinan yang lebih singkat dan kemungkinan operasi lebih
rendah (sosa dan Klaus)
e) Membuat
ibu bersalin mengalami hanya sedikit rasa nyeri saat persalinan (Klaus, kennerl
1993)
f) Memungkinkan
ibu mempunyai rasa percaya diri lebih besar untuk bertanya atau meminta sesuatu
secara langsung atau melalui pendamping tersebut.
Selama kala I bidan memantau kemajuan
persalinan, kesejahteraan ibu dan bayi dengan menggunakan partograf. Untuk
menentukan apakah persalinan berjalan normal, bidan harus memahami setiap
temuan-temuan yang didapat dan batasan normal dari temuan tersebut sehingga
bidan dapat menentukan kondisi abnormal atau patologis pada persalinan kala I.1
Di bawah ini beberapa deteksi penyulit
persalinan yang sering terjadi pada asuhan persalinan kala I:
1) Riwayat
bedah besar
2) Perdarahan
pervaginam selain dari lendir bercampur darah (show)
3) Persalinan
kurang bulan (uk kurang dari 37 minggu)
4) Ketuban
pecah disertai dengan mekonium yang kental
5) Ketuban
pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit mekonium di sertai dengan
tanda-tanda gawat janin
6) Ketuban
pecah (>24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang dari 37 minggu
7) Tanda-tanda
atau gejala-gejala infeksi:
(1) Temperature
> 380C
(2) Menggigil
(3) Nyeri
abdomen
(4) Cairan
ketuban berbau
8) Tekanan
darah lebih dari 160/110 dan terdapat protein dalam urin (preeklampsia berat)
9) Tinggi
fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, gemeli)
10) DJJ
kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit pada dua kali penilaian dengan
jarak 5 menit pada gawat janin
11) Primipara
dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
12) Presentasi
bukan belakang kepala
13) Presentasi
majemuk
14) Tali
pusat menumbung
15) Tanda
dan gejala syok
16) Tanda
dan gejala persalinan dengan fase laten berkepanjangan
17) Tanda
atau gejala belum inpartu
18) Tanda
atau gejala partus lama
Lakukanlah pendokumentasian kala I dengan
menggunakan metode SOAP, yaitu:1
S =
SUBJEKTIF : Apa
yang dikatakan klien
O =
OBJEKTIF : Apa yang dilihat
dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan
pemeriksaan, hasil laboratorium
A =
ANALISA : Kesimpulan apa
yang dibuat dari analisis data-data subjektif atau objektif
P =
PENATALAKSANAAN : Tindakan apa yang dilakukan berdasarkan hasil analisa di
atas.
1) Contoh
data subjektif:1
(1) Ibu
mengatakan hamil pertama, tidak pernah keguguran, HPHT tanggal 24-4-2011
(2) Ibu
mengatakan tidak menderita suatu penyakit
2) Contoh
data objektif:1
(1) K/U
baik
(2) Kesadaran
3) Contoh
analisa:1
Diagnosa: G1 P0 A0 usia kehamilan 39 minggu 6 hari,
inpartu kala I fase laten dengan kondisi ibu baik, janin tunggal hidup, letak
belakang kepala dengan kondisi janin baik.
4) Penatalaksanaan
(1) Melakukan
informed consent
(2) Memberitahu
hasil pemeriksaan
(3) Melakukan
persiapan persalinan
(4) Memberikan
asuhan sayang ibu
(5) Memantau
kemajuan persalinan ibu
(6) Mendokumentasikan
semua hasil temuan dan tindakan yang telah dilakukan.
Persalinan adalah saat yang sangat
dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat merasakan kebahagiaan melihat dan
memeluk bayinya. Studi pendahuluan ini menunjukkan bahwa dari 10 ibu inpartu
kala I fase aktif setelah diberikan perlakuan massage terjadi pengurangan rasa
nyeri, yang semula terdapat ada 6 ibu primipara yang mengalami nyeri yang
sangat berat, setelah diberikan massage rasa nyeri yang dirasakan ibu menjadi
nyeri sedang.7
Persalinan merupakan saat yang menegangkan dan dapat mengubah emosi ibu atau
bahkan dapat menimbulkan penyulit bagi ibu maupun janinnya, maka upaya untuk
mengatasi hal tersebut digunakan partograf sebagai pemantau kemajuan
persalinan.1
Diharapkan kepada para tenaga kesehatan supaya dapat
menerapkan asuhan kala I pada persalinan dilakukan dengan benar karena akan
sangat membantu mendapatkan pengalaman melahirkan yang menyenangkan oleh pasien
yang kita tolong tersebut.
1. Indrayani, Unaria ME. Asuhan
persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta: Trans info media; 2013.
2. Nurasiah A,
Rukmawati A, Badriah DL. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan. Bandung: PT
Refika Aditama; 2012.
3. Walsh LV. Buku Ajar
Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC; 2007.
4. Sari RS.
Pelaksanaan pendokumentasian lembar partograf dalam memonitor persalinan di
RSUD kota Surakarta http://eprintsumsacid/22018/15/NASKAH_PUBLIKASIpdf. 2012.
5. Indrawati T.
Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi BPS pada penggunaan partograf acuan
maternal neonatal dalam pertolongan persalinan normal di wilayah dinas
kesehatan kota Semarang. http://eprintsundipacid/14518/1/2004MPK3586pdf. 2004.
6. Yani DP, Khasanah
U. Pengaruh pemberian kompres air hangat terhadap rasa nyaman dalam proses
persalinan kala I Fase aktif.
https://scholargooglecoid/scholar?hl=id&q=asuhan+kala+1&btnG.
7. Tazkiyah KI, Yanti.
Pengaruh teknik massage terhadap pengurangan nyeri persalinan kala I fase
aktif. https://scholargooglecoid/scholar?hl=id&q=jurnal+kala+satu&btnG.
2014;6.
Moderator : Agustini Kencanawati
1) Kurnia
Hayati Nurjanah
Pertanyaan :
bagaimana cara menilai kemajuan persalinan?
Jawaban :
Ø Kontraksi
Di bawah lajur waktu
partograf terdapat 5 lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotaknya menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 detik, raba, catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Kontraksi dinilai setiap 30 menit sekali dan
hitung jumlah kontraksi dalam 10 menit dan nilai lamanya satu kali kontraksi
dalam satuan detik.
Ø Pembukaan
Dinilai setiap 4 jam
sekali. Pencatatan pada partograf di mulai sejak pembukaan 4 cm (fase aktif)
2) Meilingga
Hadiyanti
Pertanyaan :
hal apa saja yang diperlukan ibu dan pantangan untuk rasa sakit?
Jawab : salah
satu pantangan saat kala I yaitu seperti melarang ibu makan menurut tradisi
padahala sebenarnya hal itu sangat bagus agar menambah tenaga ibu, sedangkan hal-hal
yang diperlukan ibu untuk pengurangan rasa nyeri yaitu:
Ø Teknik
relaksasi
Teknik relaksasi yang
dapat digunakan adalah dengan teknik pengaturan napas dan istirahat total saat
his berhenti. Teknik relaksasi ini akan semakin baik bila didukung lingkungan
yang kondusif saat persalinan, lingkungan yang tenang, diiringi oleh alunan
musik lembut dan suhu yang nyaman.
Ø Penggunaan
aplikasi panas dan dingin
Prinsip penggunaan
aplikasi kompres panas ini adalah meningkatkan aliran darah sehingga mengurangi
spasme otot karena ischemia. Sedangkan kompres dingin menggunakan prinsip
berkurangnya sensitivitas kulit dan otot superfisial dengan dingin yang
berlebihan. Pemberian kompres air hangat merupakan salah satu metode pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman dengan mengurangi rasa sakit ibu bersalin. Ini dapat
dilakukan dengan cara menempelkan kantung berisi air hangat ke bagian pinggang
pasien kiri ataupun kanan
3) Manisha
Lorenza
Pertanyaan :
bagaimana cara memberikan dukungan persalinan?
Jawab :
Dukungan diri pemberi asuhan dalam persalinan harus bersifat fisik dan
emosional. Dukungan tersebut juga meliputi beberapa aspek perawatan seperti
menggosok punggung wanita, mempertahankan kontak mata, ditemani oleh
orang-orang yang ramah dan diberi janji bahwa ibu bersalin tidak akan ditinggal
sendirian. Kemampuan memberikan dukungan emosional untuk wanita dalam
persalinan merupakan sesuatu yang dikembangkan bidan. Dukungan emosional ini
mencakup keterampilan komunikasi dan konseling.
4) Karina
Ratna Dewi
Pertanyaan :
bagaimana cara penggunaan partograf?
Jawab :
Penggunaan partograf
Ø Mencatat
kemajuan persalinan
Ø Mencatat
kondisi ibu dan janinnya
Ø Mencatat
asuhan yang di berikan selama persalinan dan kelahiran
Ø Menggunakan
informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit
Ø Menggunakan
informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
5) Sopia
Marlianti
Pertanyaan :
bagaimana cara menganjurkan posisi ambulansi dalam membuat rencana asuhan?
Jawab :
menganjurkan posisi ambulansi yaitu seperti menganjurkan ibu berjalan-jalan
kecil supaya lebih rileks, menganjurkan posisi yang membuat ibu nyaman,
memberikan instruksi kepada ibu apa saja yang perlu dilakukan dan kapan itu
dilakukan.
6) Nia
Yumniati
Pertanyaan :
berikan contoh membuat rencana asuhan!
Jawab :
beberapa rencana asuhan adalah:
Ø Pemantauan
terus menerus untuk kemajuan persalinan menggunakan partograf
Ø Pemantauan
terus menerus tanda-tanda vital ibu
Ø Pemantauan
terus menerus keadaan bayi
Ø Memenuhi
kebutuhan hidrasi ibu
Ø Menganjurkan
perubahan posisi ambulansi
Ø Menganjurkan
tindakan yang memberikan rasa nyaman
Ø Menganjurkan
keluarga agar memberikan dukungan
7) Fitria
Kusumaning Arum
Pertanyaan :
bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis pada persalinan
ibu?
Jawab :
memenuhi kebutuhan fisik adalah keseimbangan nutrisi dan cairan, kebersihan dan
kenyamanan, posisi, kontak fisik, pijatan sedangkan kebutuhan psikologis
seperti memberikan informasi, keikutsertaan dalam peencanaan, mengurangi
kecemasan ibu, berkenalan dengan beberapa staf rumah sakit, menghadirkan
pendamping persalinan.
8) Putri
Nurul Alya
Pertanyaan :
bagaimana cara menilai tanda bahaya kala I dan pendokumentasian?
Jawab :
pendokumentasian pada asuahan kala I tetap menggunakan SOAP untuk mengkaji
semua tindakan yang dilakukan pada ibu selama persalinan dan beberapa tanda
bahaya kala I seperti cairan ketuban berbau, Presentasi bukan belakang kepala, Presentasi
majemuk, Tali pusat menumbung, Tanda dan gejala syok, Tanda dan gejala
persalinan dengan fase laten berkepanjangan, Tanda atau gejala belum inpartu, Tanda
atau gejala partus lama
9) Santi
Pratiwi
Pertanyaan :
apa saja yang harus dipersiapkan bidan pada saat kala I?
Jawab :
hal yang perlu dipersiapkan bidan pada kala satu seperti mempersiapkan
peralatan yang diperlukan saat akan menolong persalinan, menyiapkan rujukan dan
ambulan apabila sewaktu-waktu terdapat komplikasi pada ibu.
10) Dwi
Rosmayanti
Pertanyaan :
apakah partograf tercantum dalam pendokumentasian?
Jawab :
dalam pendokumentasian tentu saja hasil pencatatan partograf ikut serta dicantumkan
dalam pendokumentasian sebagai hasil laporan selama menolong persalinan dari
kala I sampai kala IV.
11) Vina
Herlina
Pertanyaan :
kerugian partograf apa?
Jawab :
sejauh ini penggunaan partograf tidak menimbulkan kerugian asalkan cara
penggunannya tepat sesuai prosedur.
12) Intan
Aqidatul Azzah
Pertanyaan :
bagaimana asuhan untuk kesejahteraan ibu dan janin?
Jawab : asuhan yang dapat dilakukan bidan
untuk kesejahteraan ibu dan janin adalah asuhan sayang ibu di mana akan
melibatkan ibu dan janin dalam asuhan yang dilakukan oleh bidan.
0 komentar:
Posting Komentar